Posted by : HAFIZ KHAIRI Tuesday 17 December 2013

An-najah – Kisah Thalhah bin Ubaidillah memeluk Islam sungguh unik. Berita tentang diutusnya Nabi Terakhir ia dapatkan dari pendeta nasrani. Ketika ia sedang berdagang di pasar Bushra, Syam, seorang pembantu pendeta mencari-cari pedagang yang datang dari tanah haram (Makkah). Thalhah menyatakan dirinya dari Makkah, dan ia diajak menemui rahib yang beragama Nashrani itu di biaranya. Sang Rahib bertanya kepadanya, “Apakah Ahmad telah muncul?”

Perkataan rahib ini sangat membekas di hatinya. Ia memutuskan segera pulang ke Makkah. Sesampainya di Makkah, ia bertanya kepada orang-orang tentang peristiwa yang baru saja terjadi, mereka berkata, “Muhammad bin Abdullah telah menyatakan dirinya sebagai Nabi. Abu Bakar bin Abu Quhafah mengikuti ajarannya…”“Beliau adalah putra Abdullah bin Abdul Muthalib, bulan ini adalah bulan dimana ia akan muncul sebagai Nabi terakhir. Tempat munculnya adalah tanah haram, dan tempat hijrahnya adalah daerah yang banyak ditumbuhi pohon kurma, banyak batu hitam dan tanahnya sangat asin sehingga jarang ditumbuhi pepohonan. Hendaknya engkau segera menyambutnya…!”
Thalhah segera menemui Abu Bakar untuk menanyakan kebenaran berita tersebut, sembari menceritakan apa yang dialaminya dengan Rahib Nashrani di Bushra, Syam. Mereka berdua segera menemui Nabi SAW.
Ketika ia menceritakan peristiwa dengan Rahib Nashrani di Bushra, Rasulullah SAW sangat gembira atas pembenaran sang Rahib dan makin menguatkan tekad beliau untuk terus mendakwahkan Islam, apapun risikonya. Thalhah sendiri seketika itu memeluk Islam, sesuai dengan yang disarankan oleh sang Rahib tersebut.
Sebagaimana para pemeluk Islam pada masa awal, ia tak terlepas dari penyiksaan dan teror dari para pembesar dan pemimpin kaum Quraisy untuk mengembalikannya ke agama jahiliah, padahal ia seorang hartawan dan terpandang di antara kaumnya.
Setelah keislamannya diketahui oleh orang-orang Quraisy, Nufail bin Khuwailid, salah seorang pembesar yang terkenal dengan sebutan ‘Singa Quraisy’ mencari-cari dirinya. Mereka bertemu Thalhah sedang berjalan dengan Abu Bakar yang segera saja keduanya ditangkap dan disiksa. Mereka berdua diikat dengan satu tambang, kemudian diancam dan diintimidasi.
Tetapi mereka tidak berani bertindak terlalu keras dan kejam karena khawatir dengan pembalasan dari kabilahnya Abu Bakar dan Thalhah. Setelah berbagai ancaman dilakukan, dari yang halus hingga keras tidak juga berhasil, akhirnya mereka melepaskannya kembali. Karena peristiwa ini, Abu Bakar dan Thalhah disebut sebagai ‘Al Qarinain’, artinya dua setangkai.
Thalhah juga mengalami penyiksaan dari ibunya sendiri, Sha’bah binti Hadramy, saudara dari seorang sahabat Nabi SAW, Ala’ bin Hadramy. Tangan Thalhah diikatkan pada lehernya, kemudian diarak berkeliling di jalan-jalan kota Makkah, diikuti rombongan keluarganya. Ibunya mengikuti di belakangnya sambil mencaci maki dirinya.
Walau disakiti dan dipermalukan oleh orang yang sangat dicintai dan dihormatinya, keyakinan dan keimanannya tidak goyah. Bagaimanapun juga Allah  dan Nabi SAW lebih dicintainya daripada ibu dan sanak keluarganya yang lain.
Tak hanya sebagai pelopor pertama orang beriman, Thalhah bin Ubaidillah termasuk dari sepuluh sahabat yang memperoleh berita gembira masuk surga ketika hidupnya. Sembilan lainnya adalah empat sahabat Khulafaur Rasyidin, Abdurrahman bin Auf, Sa’d bin Abi Waqqash, Sa’id bin Zaid, Zubair bin Awwam dan Abu Ubaidah bin Jarrah.
Pada waktu turun surah Al Ahzab ayat 23,  ”…Di antara orang-orang mukmin itu terdapat sejumlah laki-laki yang memenuhi janji-janji mereka terhadap Allah. Di antara mereka ada yang memberikan nyawanya, sebagian yang lain sedang menunggu gilirannya. Dan tak pernah mereka merubah pendiriannya sedikitpun…!”

{ 1 comments... read them below or add one }

Popular Post

Blogger templates

 

Blog Archive

Pengunjung

Powered by Blogger.

Multimedia Updates

Pages

featured-slider

- Copyright © Mujahideen Force™ -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -